Dengan cara apapun menjalani hidup, kita akhirnya 'pulang' dengan
hati rela melepas semuanya atau masih dengan menyimpan keduniawian.
Ketika mempelajari dan berusaha mengikuti bimbingan di jalan ini, aku
sering letih. Banyak hal yang kadang terasa menakutkan, dan lebih banyak
lagi yang tak kupahami dan banyak pula hal yang membuat lelah karena
pada akhirnya perang "di dalam" tak pernah berhenti.
Sesekali
tergoda untuk berhenti namun nasihat mengingatkan pada banyak hal yang
telah kulalui dan alami. Meski lelah aku mencoba berjalan walau terseok
dan kerap jatuh.
Bercanda, mendengarkan musik, membaca dan
Menulis adalah salah satu cara meredakan lelah itu. Khususnya menulis
adalah semacam terapi, juga mengawetkan kenangan yang baik, entah itu
ingatan tentang pengetahuan teori atau pengalaman. Menulis kadang
membuat kita bisa melihat kesalahan.
Kini aku mengerti kenapa
dulu salah satu orang yang arif menyuruhku menulis. "Engkau mungkin
salah dalam memahami dan menuangkan gagasan, tetapi tidak mengapa. Yang
penting selalu mengakui pemahamanmu bisa salah. Nanti akan ada
hikmahnya. Menulislah." Kira-kira begitu pesannya.
Setelah lima
tahun menulis satu per satu hikmah datang walau terasa pelan karena aku
tak peka betul memahami tanda. Sejak itu aku kehilangan minat berdebat.
Salah satu hikmah adalah kini lebih suka belajar mendengar, bukan untuk
membantah namun untuk belajar, angon rasa, belajar menjadi manusia,
belajar baik kepada Tuhan, sesama manusia, dan baik kepada diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar